• SGX akan meluncurkan kontrak Bitcoin perpetual futures khusus untuk institusi dan profesional.
  • Robinhood dan Sony makin memperkuat ekosistem kripto Singapura di tahun 2025.

Bursa Singapura (SGX) akhirnya membuka diri pada produk kripto yang selama ini mereka dekati dengan hati-hati. Pada paruh kedua tahun 2025, SGX berencana meluncurkan kontrak Bitcoin perpetual futures, yang akan tersedia khusus untuk investor profesional dan institusi.

Produk ini dirancang sebagai alat lindung nilai dan perdagangan berjangka tanpa tanggal kedaluwarsa, tapi tetap berada di bawah pengawasan ketat Otoritas Moneter Singapura (MAS).

SGX Siap Tawarkan Kontrak Bitcoin Perpetual Futures Tahun Ini

Langkah SGX ini bisa dibilang cukup berani, mengingat selama ini bursa tersebut identik dengan instrumen keuangan tradisional. Tapi, ya, pasar terus berubah. Dan tampaknya SGX memilih untuk tidak hanya jadi penonton saat dunia institusi mulai menoleh ke kripto.

Coba bayangkan kalau perusahaan asuransi besar atau bank multinasional di Asia mulai mengatur eksposur mereka ke Bitcoin lewat produk buatan SGX—itu bukan cuma realistis, tapi makin dekat jadi kenyataan.

Dinamika Kripto di Singapura Terus Bergerak

Namun demikian, SGX bukan satu-satunya yang sibuk dengan produk berbasis kripto. Robinhood, misalnya, akan segera memasuki pasar Singapura menggunakan lisensi dari Bitstamp, seperti yang telah kami laporkan . Mereka berencana menawarkan perdagangan kripto serta kontrak opsi dan berjangka untuk pengguna di Asia dan Inggris pada akhir 2025.

Di sisi lain, Sony Electronics Singapura juga ikut berinovasi. Baru-baru ini mereka menjalin kemitraan dengan Crypto.com agar pengguna bisa belanja pakai stablecoin USDC langsung di toko online mereka.

Lebih lanjut lagi, pemerintah juga memperketat aturan main. MAS memperluas cakupan lisensi untuk penyedia layanan aset digital yang berdomisili di Singapura meskipun hanya beroperasi di luar negeri. Tujuannya jelas: tidak ada celah bagi arbitrase regulasi. Semua tetap harus tunduk pada aturan perlindungan konsumen dan anti pencucian uang.

Kepemilikan kripto di kalangan masyarakat pun menunjukkan pertumbuhan yang konsisten. Berdasarkan survei Triple-A, 26 persen populasi di Singapura kini memiliki kripto. Angka itu naik dari tahun sebelumnya, dengan mayoritas berasal dari kalangan Gen Z dan milenial.

Yang menarik, lebih dari separuh pemilik kripto sudah pernah menggunakannya untuk transaksi barang dan jasa, dan mayoritas lainnya berencana memperluas penggunaannya ke depan.

Sementara itu, laporan PYMNTS dan TerraPay menunjukkan bahwa mayoritas pelaku bisnis di Singapura—yakni sekitar 84%—telah mengadopsi dompet digital. Meski adopsi oleh konsumen masih di angka 56%, tren ini didorong oleh kebutuhan akan kecepatan transaksi, terutama dalam pembayaran lintas batas yang paling banyak dilakukan oleh kelompok usia muda.

Dari semua ini, satu hal terasa jelas: ekosistem keuangan di Singapura sedang berubah, dan SGX ingin jadi bagian dari perubahan itu—bukan sekadar jadi pelengkap.

Dengan memanfaatkan infrastruktur regulasi yang kuat serta reputasi sebagai bursa terpercaya, SGX berharap dapat menciptakan jalur aman dan relevan bagi investasi kripto ke depan. Kalau semua ini berjalan mulus, bukan tidak mungkin bursa-bursa lain di kawasan akan ikut menyesuaikan arah. Karena dalam dunia keuangan, diam itu bisa berarti tersisih.