• Polymarket mencatat peluang resesi AS 2025 sebesar 57%, mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap kondisi ekonomi yang tidak menentu.
  • Investor institusional mulai mengalihkan dana dari sektor berisiko ke aset aman karena ketidakpastian resesi global.

Prediksi resesi ekonomi Amerika Serikat tahun 2025 kembali menjadi pembicaraan panas setelah Polymarket —sebuah platform prediksi terdesentralisasi—menunjukkan angka probabilitas sebesar 57%.

Artinya, lebih dari separuh pelaku pasar yang ikut serta meyakini bahwa ekonomi AS kemungkinan akan masuk ke fase kontraksi dalam waktu dekat. Lonjakan kekhawatiran ini muncul bukan tanpa sebab, terutama di tengah gejolak kebijakan ekonomi yang datang silih berganti dari Washington.

Prediksi Resesi AS 2025 Capai 57% Versi Polymarket image 0 Prediksi Resesi AS 2025 Capai 57% Versi Polymarket image 1 Sumber: Polymarket

Kebijakan Tarif dan Bayang-Bayang Resesi

Salah satu pemicu utama datang dari langkah kebijakan tarif yang kembali digaungkan oleh Presiden Donald Trump. Bayangkan saja, tarif hingga 245% dikenakan untuk produk dari Tiongkok. Bukan cuma itu, daftar negara lain yang juga ikut kena kebijakan ini tampaknya akan bertambah panjang. Akibatnya, biaya impor melonjak dan risiko inflasi kembali menghantui.

Hal ini menjadi sorotan tajam dari ekonom Adam Posen. Pada 19 April 2025, ia memperingatkan bahwa ekonomi AS berisiko mengalami resesi sebesar 65%.

Tak hanya itu, ia menyebut potensi stagflasi—gabungan dari inflasi tinggi dan pertumbuhan lambat—bisa terjadi jika kebijakan tarif ini terus berlanjut. Dalam pandangannya, strategi ini justru mengganggu stabilitas perdagangan dan memperparah kondisi harga di dalam negeri.

Lebih lanjut lagi, kekhawatiran serupa juga mencuat dari survei terbaru Bank of America. Dari ratusan manajer dana yang disurvei, sebanyak 82% percaya bahwa ekonomi global akan melemah tahun ini, membuat ekspektasi pertumbuhan ekonomi merosot ke titik terendah dalam 30 tahun terakhir.

Respons mereka? Kabur dari aset-aset berisiko seperti saham teknologi dan ekuitas AS, lalu berbondong-bondong pindah ke aset aman seperti emas. Kini, 42% manajer dana menjadikan logam mulia itu sebagai pelabuhan utama.

Optimisme Tak Sepenuhnya Hilang

Namun demikian, tidak semua pihak memandang situasi ini dengan nada suram. Di sisi lain, CEO Bank of America, Brian Moynihan, justru menyebut bahwa ekonomi AS masih di jalur kuat. Meski pihak bank memangkas proyeksi pertumbuhan PDB, Moynihan menilai belanja konsumen tetap terjaga dan bisnis-bisnis klien mereka menunjukkan performa yang solid.

Pergeseran sentimen pasar juga terlihat dari data lain di Polymarket. Menurut laporan CNF , peluang pembentukan cadangan Bitcoin nasional AS yang sempat melonjak ke angka 77% pada Maret kini turun menjadi 51%.

Angka ini mencerminkan mulai munculnya keraguan, mungkin karena situasi ekonomi yang semakin tidak pasti membuat pemerintah ragu melangkah terlalu jauh ke sektor kripto.

Coba bayangkan kalau pemerintah benar-benar harus memilih antara menjaga nilai mata uang atau menstabilkan harga kebutuhan pokok, sambil mempertimbangkan risiko geopolitik dan tekanan inflasi. Tak heran kalau keputusan-keputusan besar seperti itu makin ditunda.

Dan di tengah semua itu, pasar prediksi seperti Polymarket malah makin menarik perhatian, karena bisa jadi cermin dari apa yang sesungguhnya dirasakan banyak orang.