Volatilitas Bitcoin Dekati Puncak Siklus, Dipengaruhi Faktor dari AS
Bitcoin kembali mengalami lonjakan volatilitas mendekati level tertingginya dalam siklus ini, dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran akan perang dagang global, serta rencana pembentukan cadangan aset kripto strategis oleh pemerintah Amerika Serikat.
Menurut laporan Glassnode pada Rabu (5/3/2025), metrik volatilitas yang terealisasi, yang mengukur fluktuasi harga harian, telah mencatat angka tertinggi dalam siklus ini, melampaui 80% dalam rentang waktu satu hingga dua minggu terakhir.
“Sebagaimana terlihat dari pergerakan harga yang sangat fluktuatif, kondisi pasar dalam dua pekan terakhir telah mengalami turbulensi tinggi di tengah ketidakpastian politik global,” tulis Glassnode dalam laporannya.

Kombinasi antara sentimen bullish dan bearish yang bertolak belakang ini mencapai puncaknya setelah Presiden AS Donald Trump resmi menjabat pada Januari 2025, membuat harga aset kripto bergerak liar dalam beberapa pekan terakhir.
Pasar Masih dalam Kondisi Tak Stabil
Sebagai aset digital yang diperdagangkan selama 24 jam penuh, Bitcoin dan aset kripto lainnya sering kali menjadi indikator awal terhadap perubahan likuiditas di pasar keuangan global.
Aksi beli terakhir sempat terjadi pada akhir pekan lalu, tepat setelah Trump mengumumkan cadangan kripto strategis nasional pada 2 Maret 2025, yang mencakup Bitcoin, Ethereum (ETH), Solana (SOL), XRP, dan Cardano (ADA). Pengumuman ini sempat memicu reli pasar secara tajam, dengan Bitcoin melonjak dari US$85.000 ke US$95.000 pada 3 Maret.
Namun, reli ini tidak bertahan lama. Pada 4 Maret, Trump memberlakukan tarif impor 25% terhadap Kanada dan Meksiko, dua mitra dagang terbesar AS. Keputusan ini menjadi katalis bagi aksi jual di pasar, dengan harga Bitcoin kembali jatuh ke US$82.000.

Hingga 5 Maret, Bitcoin tercatat turun hampir 30% dari harga tertingginya di Desember 2024, yang mencapai US$109.000, level tertinggi sepanjang sejarah.
Kendati mengalami koreksi besar, Glassnode mencatat bahwa Bitcoin tetap menjadi aset yang paling resisten dibandingkan aset kripto lainnya. Ini dikarenakan likuiditas yang lebih dalam serta kapitalisasi pasar yang lebih besar membuat aset kripto terbesar di dunia itu tidakmudah mengalami pergerakan harga yang ekstrem. Sebagai perbandingan, Ethereum dan Solana mengalami penurunan lebih tajam, masing-masing turun lebih dari 50% dari puncak siklusnya.
Menilik indikator volatilitas lainnya, Average True Range (ATR) Bitcoin juga menunjukkan lonjakan signifikan. Berdasarkan data TradingView, ATR Bitcoin telah mencapai 4.900, meningkat dari 3.000 pada akhir Februari.

Dalam laporannya, Glassnode menyoroti dua zona harga kunci bagi Bitcoin, dengan US$92.000 menjadi level kritis untuk memulihkan momentum bullish. Sementara itu, level US$70.000 menjadi area support utama jika harga kembali mengalami tekanan jual.
Hingga artikel ini ditulis, data dari CoinMarketCap menunjukkan Bitcoin diperdagangkan di US$91.800, mencatat kenaikan sekitar 5% menjelang Crypto Summit di White House pada 7 Maret 2025.
Baca juga: Intip Daftar Undangan Crypto Summit Akhir Pekan Ini
Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Kamu mungkin juga menyukai
Model Perkiraan Bitcoin Menetapkan $250K sebagai Target Mei untuk Siklus 2025

Mengapa ADA Cardano Sekarang Berada di Jalur Yang Tepat untuk Memimpin Altcoin Bull Run 2025

Pemungutan suara ADA yang paling kontroversial yang pernah membuktikan demokrasi on-chain

Gubernur Hobbs Memveto RUU Cadangan Bitcoin Arizona Untuk Negara Bagian

Berita trending
LainnyaHarga kripto
Lainnya








