Solana Turun 15 Persen, Rp1,6 Triliun Terlikuidasi
Harga Solana, mata uang kripto terbesar keenam di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar, anjlok lebih dari 15% pada 24 jam terakhir, menyentuh US$136,97 atau sekitar Rp2,2 juta, pada saat artikel ini ditulis , Selasa (25/2/2025).

Tekanan jual meningkat pada token tersebut setelah runtuhnya meme coin LIBRA dan akan dirilisnya lebih dari 11 juta token Solana.
Belum lagi ditambah dengan tarif tambahan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang tetap diberlakukan, membawa seluruh pasar kripto anjlok juga.
Menurut CoinMarketCap , penurunan ini merupakan level terendah Solana dalam beberapa pekan terakhir. Dalam periode satu bulan, grafik Solana masih terjerembab, turun 46% dari nilai tertinggi bulan lalu US$258 atau sekitar Rp4,2 juta.
Baca juga: Bitcoin Anjlok ke US$91.000 Usai Trump Bersikeras Terapkan Tarif Impor
Likuidasi Solana Jadi Salah Satu yang Terbesar
Data CoinGlass menunjukkan, penurunan ini terjadi di tengah gejolak pasar yang lebih luas, dengan likuidasi kripto yang mencapai US$918 juta atau sekitar Rp14,9 triliun dalam 24 jam terakhir.

Solana sendiri mengalami likuidasi sebesar US$98,91 juta atau sekitar Rp1,6 triliun, dengan posisi long yang terlikuidasi sebesar US$91,44 juta atau sekitar Rp1,4 triliun dan sisanya adalah posisi short yang terlikuidasi.
Baca juga: Alamat Aktif Solana Terpantau Terus Turun, Ini Alasannya
Faktor Lain Solana Alami Penurunan
Analis pasar menunjukkan beberapa faktor di balik penurunan Solana, termasuk rumor aksi jual dari exchange kripto terkemuka seperti Binance dan Kraken.
Dalam 24 jam terakhir, exchange kripto terbesar di dunia, Binance, dilaporkan telah menjual sekitar US$15,6 juta atau sekitar Rp254,4 miliar dalam token SOL melalui market maker kripto Wintermute.
Meme coin secara luas juga telah merosot setelah berita di Argentina, memicu kekhawatiran bahwa Solana mungkin akan mundur ke harga mendekati US$100 atau sekitar Rp1,6 juta dalam waktu dekat.
Pembukaan token SOL pada tanggal 1 Maret yang akan menyuntikkan lebih dari 11 juta token senilai lebih dari US$1,5 miliar atau sekitar Rp24,4 triliun ke pasar, semakin memperburuk tekanan jual.
Baca juga: 3 Faktor Penyebab Harga Solana Kian Merosot
Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Kamu mungkin juga menyukai
CIO Bitwise mengatakan dunia mulai menyadari ‘kegilaan’ fiat, beralih ke bitcoin sebagai lindung nilai digital terhadap penurunan nilai
Investor mulai mempertanyakan status default dari sistem uang fiat, menurut CIO Bitwise, Matt Hougan. Sementara bank sentral mempercepat pembelian emas untuk melindungi diri dari penurunan nilai fiat, individu justru beralih ke bitcoin sebagai alternatif, ujar Hougan.

Pandangan hawkish The Fed dan ketegangan Israel-Iran membebani kripto, harapan rebound bergantung pada paruh kedua tahun ini menurut analis
Sekilas Seorang analis dari BRN mengatakan bahwa konflik Israel-Iran dan pertemuan The Fed yang kemungkinan akan mempertahankan suku bunga dapat membuat bitcoin tetap tertekan dalam jangka pendek. Matt Mena, ahli strategi riset kripto di 21Shares, berpendapat bahwa indikator masih mendukung terjadinya rebound pada paruh kedua tahun 2025 meskipun terjadi penurunan belakangan ini.

ETF altcoin spot baru dapat membuka strategi arah yang menarik, menurut K33
Sekilas Peningkatan ekspektasi terhadap persetujuan ETF kripto spot tambahan di AS dapat menciptakan strategi long/short yang menarik, menurut Kepala Riset K33, Vetle Lunde. Sementara itu, K33 meluncurkan rencana penerbitan saham baru untuk mengumpulkan setidaknya $8,9 juta guna mencapai target akumulasi 1.000 BTC di kas perusahaan.

Beli Cold Wallet Diskon di TikTok, Asset Kripto Lenyap Rp110 Miliar!
Berita trending
LainnyaHarga kripto
Lainnya








