Ketika dunia terus bergulat dengan meningkatnya dampak perubahan iklim, negara-negara di seluruh dunia mengintensifkan upaya untuk mengurangi emisi karbon dan berinvestasi dalam teknologi energi terbarukan .

Semakin banyak bukti ilmiah telah menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk melakukan tindakan yang cepat dan substansial, karena peristiwa cuaca ekstrem, naiknya permukaan air laut, dan pergeseran ekosistem mengancam masyarakat dan ekonomi di seluruh dunia.

Rekor Suhu Tinggi dan Cuaca Ekstrem

Tahun 2024 akan menjadi salah satu tahun terpanas yang pernah tercatat, dengan beberapa wilayah mengalami gelombang panas, banjir, dan kebakaran hutan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Laporan terbaru dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyoroti bahwa suhu global saat ini telah meningkat sekitar 1,2°C di atas tingkat pra-industri.

Meskipun peningkatan ini mungkin tampak kecil, namun dampaknya dirasakan di seluruh dunia, dengan badai yang lebih sering dan lebih parah, naiknya permukaan air laut, dan gangguan pertanian yang meluas.

Di kepulauan Pasifik, di mana banyak negara telah berjuang melawan dampak kenaikan permukaan air laut, para pemimpin menyerukan tindakan segera untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5°C.

“Kelangsungan hidup masyarakat kami bergantung pada hal ini,” kata Presiden Nia Lilo dari Federasi Mikronesia. “Kami melihat kehancuran wilayah pesisir, dan ini bukan hanya masalah di masa depan; ini terjadi sekarang.”

Kerjasama Internasional dan Inisiatif Baru

Menanggapi krisis ini, pemerintah meningkatkan komitmen mereka terhadap Perjanjian Paris, yang bertujuan untuk membatasi pemanasan global di bawah 2°C, idealnya di bawah 1,5°C, pada akhir abad ini. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan mengadakan pertemuan puncak pada awal 2025 untuk meninjau kemajuan dan memperkuat komitmen dari negara-negara maju dan berkembang.

Salah satu inisiatif utama yang mendapatkan momentum adalah transisi ke energi terbarukan. Tenaga angin, matahari, dan panas bumi sedang ditingkatkan seiring dengan beralihnya berbagai negara dari bahan bakar fosil.

Menurut laporan terbaru dari International Energy Agency (IEA), kapasitas energi terbarukan global tumbuh lebih dari 20% pada tahun 2024, dengan Cina, Uni Eropa, dan Amerika Serikat yang memimpin dalam hal investasi baru.

Sektor swasta juga ikut ambil bagian, dengan raksasa teknologi seperti Microsoft dan Google yang berjanji untuk mencapai emisi karbon nol pada tahun 2030.

Perusahaan-perusahaan ini berinvestasi dalam teknologi ramah lingkungan, termasuk alat efisiensi energi yang digerakkan oleh kecerdasan buatan, solusi penangkapan dan penyimpanan karbon, serta material yang berkelanjutan.

Keadilan Iklim: Perlunya Keadilan 

Meskipun kemajuan yang signifikan telah dicapai, perubahan iklim terus memberikan dampak yang tidak proporsional terhadap populasi termiskin di dunia.

Masyarakat yang rentan di Afrika Sub-Sahara, Asia Tenggara, dan Amerika Tengah mengalami dampak terburuk, meskipun mereka menyumbang paling sedikit terhadap emisi global. Para aktivis menyerukan dukungan yang lebih besar untuk upaya adaptasi dan ketahanan iklim di wilayah-wilayah ini.

“Kita harus mengakui prinsip keadilan iklim,” ujar Amina Kone, seorang aktivis lingkungan dari Mali. “Negara-negara terkaya di dunia telah mendapatkan keuntungan dari industrialisasi selama beberapa dekade, dan sekarang saatnya bagi mereka untuk membantu mereka yang paling menderita.”

Melihat ke Depan: Harapan untuk Masa Depan?

Terlepas dari tantangan yang ada, banyak ahli yang optimis bahwa inovasi teknologi, bersama dengan kerja sama global yang kuat, dapat membantu mencegah dampak terburuk dari perubahan iklim.

Dekade mendatang akan sangat penting dalam menentukan masa depan planet ini, dan para ahli mendesak tindakan segera untuk mempercepat transisi menuju ekonomi hijau, melindungi populasi yang rentan, dan melestarikan keanekaragaman hayati.

“Masih ada harapan,” kata Dr. Maria Gonzalez, seorang ahli iklim dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC). “Namun, kesempatan untuk bertindak semakin dekat. Pilihan yang kita ambil di tahun-tahun mendatang akan menentukan warisan yang kita tinggalkan untuk generasi mendatang.”

Ketika para pemimpin dunia bersiap untuk pertemuan iklim tahun depan, pertanyaannya adalah: apakah umat manusia akan mampu menghadapi tantangan ini pada waktunya, atau akankah kesempatan untuk melakukan tindakan yang berarti akan tertutup selamanya?